Atomic
Absorbtion Spectrometry (AAS) adalah spektrometri yang berprinsip pada serapan
cahaya oleh atom. Atom–atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tersebut
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi
elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, terdapat
lebih banyak energi yang akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi
dengan tingkat eksitasi yang bermacam-macam.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom menyerap cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan
Natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5
nm. Cahaya pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat
energi elektronik suatu atom. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan
dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat
eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai
konfigurasi elektron 1s1 2s2 2p6 3s1,
tingkat dasar untuk electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan
energi. Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV ataupun
ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang
gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang tajam dan
dengan intensitas maksimum, atau lebih dikenal dengan nama garis resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis
resonansi dapat berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Hukum Lambert-Beer
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
spektrofotometer absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah,
juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom (SSA).
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya
ketebalan medium yang mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
A = E.b.c
Dimana: E = intensitas sumber sinar = intensitas sinar yang diteruskan = absortivitas molar
b = panjang medium
c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = absorbansi
Secara
umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom (SSA) terdiri dari sumber
cahaya, tempat sampel, monokromator, dan detektor. Analisa sample di lakukan
melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi konsentrasi standard dan
menggunakan hukum Beer untuk menentukan konsentrasi sample yang tidak
diketahui.
Instrumen AAS
Instrumen
AAS meliputi Hollow Cathode Lamp sebagai sumber energi, flame untuk menguapkan
sampel menjadi atom. Monokromator sebagai filter garis absorbansi, detektor dan
amplifier sebagai pencatat pengukuran. AAS bekerja berdasar pada penguapan
larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom
bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan
oleh lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung energi radiasi yang
sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hollow
Cathode Lamp sebagai sumber sinar pada AAS akan menghilangkan kelemahan yang
disebabkan oleh self absorbsi yaitu kecenderungan atom-atom pada ground state
untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke
keadaan ground state.
Bagian-bagian pada AAS
Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu
katoda memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda
pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan
diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk
memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.
Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari
luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas yang keluar dari dalam
dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Nebulizer
Digunakan untuk mengkabutkan sampel caitan yang
diaspirasikan kedalam AAS sehingga dapat diatomisasi kemudian dibakar sehingga electron
senyawa dapat tereksitasi. Spraying ini biasa menggunakan udara tekan untuk
juga membantu dalam pembakaran.
b. Burner
burner berfungsi
sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lubang yang berada pada burner, merupakan lubang
pemantik api, dimana pada lubang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala
api.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang
berbeda-beda. Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan bahwa
terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna api yang
paling baik, dan paling panas.
c. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau
radiasi dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan oleh lampu pijar hollow
cathode atau untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai
yang dibutuhkan oleh pengukuran. Macam-macam monokromator yaitu prisma, kaca untuk daerah
sinar tampak, kuarsa untuk daerah UV, rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
dan kisi difraksi.
d. Detektor
Dikenal dua macam detektor, yaitu detektor foton dan
detektor panas. Detektor panas biasa dipakai untuk mengukur radiasi inframerah
termasuk thermocouple dan bolometer. Detektor berfungsi untuk mengukur
intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energi listrik oleh
fotomultiplier. Hasil pengukuran detektor dilakukan penguatan dan dicatat oleh
alat pencatat yang berupa printer dan pengamat angka. Ada dua macam deterktor
sebagai berikut:
- Detektor Cahaya atau Detektor Foton
Detektor foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik,
dalam hal ini setiap foton akan membebaskan elektron (satu foton satu electron)
dari bahan yang sensitif terhadap cahaya. Bahan foton dapat berupa Si/Ga,
Ga/As, Cs/Na.
- Detektor Infra Merah dan Detektor Panas
Detektor infra merah yang lazim adalah termokopel. Efek
termolistrik akan timbul jika dua logam yang memiliki temperatur berbeda disambung
jadi satu.
Gangguan-gangguan
dalam metode AAS
1.Gangguan kimia
Gangguan
kimia terjadi apabila unsur yang
dianailsis mengalami reaksi kimia dengan anion atau kation tertentu dengan senyawa yang
refraktori, sehingga tidak semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1) penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi,
2) penambahan zat kimia
lain yang dapat melepaskan kation atau anion pengganggu dari ikatannya
dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan disebut zat pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective
Agent).
2. Gangguan Matrik
Gangguan
ini terjadi apabila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila pelarut
yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu nyala
untuk larutan sampel dan standar berbeda. Gangguan ini dalam analisis
kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat
mengganggu dalam analisis kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam
analisis kuantitatif dapat digunakan cara analisis penambahan standar (Standar
Adisi).
3. Gangguan Ionisasi
Gangguan
ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu melepaskan
electron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan ion ini mengurangi
jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang juga. Untuk
mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan unsur yang
mudah diionkan atau atom yang lebih elektropositif dari atom yang dianalisis,
misalnya Cs, Rb, K dan Na. penambahan ini dapat mencapai 100-2000 ppm.
4. Absorpsi Latar
Belakang (Background)
Absorbsi
Latar Belakang (Background) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
adanya berbagai pengaruh, yaitu dari absorpsi oleh nyala api, absorpsi molecular,
dan penghamburan cahaya.
Source : Dari berbagai
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar