Definisi
Koloid
Koloid
adalah suatu campuran ( sistem dispersi ) zat heterogen antara dua zat atau
lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata
(homogen) dalam zat lain. Ukuran partikel koloid cukup besar, berkisar antara 1-100 nm (10-7–10-5 cm) sehingga
terkena efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel
koloid tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
atau gaya
lain yang dikenakan kepadanya sehingga tidak dijumpai pengendapan.
Contoh:
Mayones dan Cat
· Mayones adalah campuran homogen di air dan minyak
·
Cat adalah campuran homogen
zat padat dan zat cair
|
|||||||||||||||||||||||||||
A. Pembagian
Koloid Sol
Seperti yang
telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat padat.
Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
a. 1. Sol
Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya
adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
b. Sol
2.
Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah
cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
c. Sol3.
Sol Gas (Aerosol Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah
debu di udara, asap pembakaran, dll.
B.
Sifat-Sifat Koloid Sol
1.
Efek
Tyndall
Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall
adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati (gambar kiri) disinari
dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem
koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit
dan sangat sulit diamati.
2.
Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan
tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat
cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan
yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag
atau gerak Brown.
Semakin
kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak
Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka
semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3.
Adsorpsi koloid
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan
zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
Partikel
koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada
permukaannya, baik
partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan
yang sangat luas.
4.
Muatan Koloid Sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid
pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh
karena muatannya sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel
koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung
sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system
koloid secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid
yang bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium
pendispersinya. Berikut ini adalah penjelasannya:
a.
Sumber Muatan Koloid Sol
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu
dengan proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.
i.
Proses
Adsorpsi
Proses
adsorpsi ini merupakan peristiwa
dimana partikel koloid menyerap partikel bermuatan dari fase pendispersinya.
Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis muatannya tergantung pada jenis partikel
bermuatan yang diserap apakah anion atau kation.
Sebagai
contoh: partikel sol Fe(OH)3 (bermuatan positif) mempunyai
kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendispersinya sehingga sol
Fe(OH) 3 bermuatan positif, sedangkan partikel sol As2S3
(bermuatan negatif) mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga
bermuatan negatif.
Partikel koloid sol tersebut tidak
selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu tergantung pada muatan yang
berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol AgCl terdapat pada
medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan
bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi
dengan anion Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan
negatif.
ii.
Proses Ionisasi
Gugus Permukaan Partikel
Beberapa
partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/
deterjen.
a.
Pada koloid protein:
Koloid ini
adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan basa
(-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan
pada molekul-molekul protein.
Pada pH
rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa –NH2 akan
menerima proton (H+) dan membentuk gugus –NH3+
NH2
+ H+
-NH3+
Pada pH
tinggi, -COOH akan mendonorkan proton H+ dan membentuk
gugus –COO-
COOH
+ H+
–COO-
Maka,
partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan bermuatan negatif
pada pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel protein bermuatan
netral karena muatan -NH3+ –COO-
saling meniadakan menjadi netral.
b. Pada
koloid sabun / deterjen
Molekul sabun
dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada konsentrasi relatif
pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk partikel-partikel
berukuran koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang tergabung dalam suatu
fase pendispersi dan membentuk partikel-partikel berukuran koloid disebut
koloid terasosiasi.
Sabun adalah
garam karboksilat dengan partikel R-COO-Na+. Di dalam
air partikel ini akan terionisasi.
R-COO-Na+
R-COO- + Na+
Anion
Anion-anion
R-COO- akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut
dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat, sedangkan COO- larut
dalam air sehingga berada di permukaan yang bersentuhan dengan air.
b.
Kestabilan Koloid
Partikel-partikel
koloid ialah bermuatan sejenis. Maka terjadi gaya tolak-menolak yang mencegah
partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya gravitasi. Oleh
karena itu, selain
gerak Brown, muatan koloid
juga berperan besar dalam menjaga kestabilan koloid.
c.
Lapisan Bermuatan Ganda
Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang
didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila
dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid,
maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga
membentuk lapisan ganda. Lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan
partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium
pendispersi. Sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan dari
medium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda
tersebut tijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisan ini menyebabkan
secara keseluruhan bersifat netral.
d.
Elektroforesis
Oleh karena partikel sol bermuatan listrik, maka partikel
ini akan bergerak dalam medan listrik. Pergerakan ini disebut elektroforesis. Untuk lebih jelas, mari kita
lihat tabung berikut di samping.
Pada gambar, terlihat bahwa partikel-partikel koloid bermuatan
positif tersebut bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan, yaitu
elektrode negatif.
Jika sistem koloid bermuatan negatif, maka partikel itu akan menuju elektrode
positif.
e.
Koagulasi
Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi
penggumpalan dan pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan
dan pengendapan ini disebut koagulasi.
Penetralan partikel koloid dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu
1.
Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang
bermuatan ke elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel ini mencapai
elektrode, maka system koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat
netral.
2.
Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Ketika koloid bermuatan positif dicampur dengan koloid bermuatan negatif,
maka muatan tersebut akan saling menghilang dan bersifat netral.
3.
Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid
yang bermuatan negatif akan
mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya,
partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit. Dari
adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
4.
Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara
partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini
melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya
partikel tidak bermuatan.
f.
Koloid pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid
liofob yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung
ialah koloid liofil.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit,
tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaiut koloid
liofil. Berikut ini
penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:
-
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang cukup
besar
antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji,
sabun, deterjen.
-
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang
lemah atau
bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium
pendispersinya. Contoh, disperse
emas, belerang dalam air.
C.
Pembuatan Koloid Sol
Ada dua dasar metode pembuatan koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode
dispersi.
1.
Metode Kondensasi
Metode di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk
partikel-partikel berukuran koloid. Proses ini melibatkan penggabungan
partikel-partikel larutan (atom, ion). Hal ini dilakukan melalui beberapa
reaksi kimia, yaitu dekomposisi rangkap, hidrolisis, redoks, dan penggantian
pelarut.
a.
a. Metode kondensasi
i. DReaksi
dekompi. Reaksi
dekomposisi rangkap
-
-
- Sol As2S3
dibuat dengan mengalirkan gas H2S perlahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3
yang berwarna kuning terang
As2O3
+
3 H2S
As2S3 (koloid) + 3H2O
-
- Sol AgCl dibuat
dengan mencampurkan larutan AgNO3 dan larutan HCl encer.
AgNO3
+
HCl
AgCl (koloid) + HNO3
ii.
ii. Reaksi Hidrolisis
-
- -
Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam
air mendidih
AlCl3
+ 3H2O
Al(OH)3 (koloid)
+ 3HCl
-
- Sol
Fe(OH)3 dapat diperoleh dari rekasi hidrolisis garam Fe dalam air
mendidih
FeCl3
+ 3H2O
Fe(OH)3 (koloid)
+ 3HCl
iii.
iii. Reaksi redoks
-
Sol Au
daoat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya menggunakan pereduksi organik
formaldehida HCHO
2AuCl3
+ 3HCHO + 3H2O
2Au (koloid) + 6HCl + 3HCOOH
iv.
iv. Penggantian pelarut
Belerang
sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam alcohol seperti etanol. Jadi,
untuk membuat sol belerang dengan medium pendispersi air, belerang dilarutkan
terlebih dahulu dalam etanol sampai jenuh. Stelah iut, larutan belerang dalam
etanol ini ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk.
Belerang akan menggumpal menjadi partikel koloid akibat penurunan kelarutan
belerang dalam air.
2.
Metode Dispersi
Metode
di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran
koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara
mekanik maupun peptisasi
i.Car i.
Mekanik
Pengertian dengan cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat
padat dengan penggilingan untuk membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan disebut penggilingan koloid.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi
berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat
tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran koloid yang terbuntuk
kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya untuk membuat system
koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk
pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
ii Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system koloid
dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit,
terutama yang mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh:
Jika pada endapan Fe(OH)3 ditambahkan elektrolit FeCl3
(mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka
Fe(OH)3 akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut.
Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri untuk
membentuk partikel-partikel koloid.
Beberapa contoh lain :
-
- Sol NiS dibuat
dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
-
- Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke
dalam endapan AgCl
-
- Sol Al(OH)3 dibuat dengan
penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3
iii.
Cara busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol logam seperti Ag, Au, dan
Pt. Alat yang digunakan dapat disimak pada gambar berikut.
Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai
elektrode. Dua elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air
dingin) sedemikian sehingga kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua
elektrode diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam
menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin.
Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
D.
Pemurnian Koloid Sol
Partikel
dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan.
Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan
penyaring ultra.
1.
Dialisis
Pergerakan ion-ion dan molekul kecil melalui selaput semipermeabel (yang
tidak dapat dilalui partikel koloid) disebut diasis. Percobaannya dengan
menaruh sistem koloid pada selaput semipermeabel, lalu menaruhnya di air. Zat
yang terlarut di dalam air kemudian akan keluar dari selaput itu, sedangkan
system koloid tidak. Lalu air dialirkan sehingga mengambil zat-zat yang
terlarut.
2.
Elektrodialisis
Elektrodialisis
merupakan proses dialisis di bawah pengaruh medan listrik.
Listrik tegangan tinggi dialirkan melalui 2 layar logam yang menyokong
selaput semipermeabel. Kemudian, partikel-partikel zat terlarut dalam system
koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju electrode dengan muatan
berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik pempercepat proses pemurnian.
3.
Penyaring Ultra
Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka
ukuran pori-pori akan berkurang. Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi
penyaring ultra.
|
|||||||||||||||||||||||||||
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat
dibagi menjadi:
1. Emulsi
Gas (Aerosol Cair)
Emulsi
gas merupakan emulsi di
dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon,
dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC.
Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak
Brown.
2. Emulsi
Cair
Emulsi cair merupakan
emulsi di dalam
medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak
dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair
non-polar. Biasanya salah satu
zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang penting ialah:
1.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses
sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
2.
Pengenceran
Emulsi dapat
diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.
3.
Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan
emulsi didalam
medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat
penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol
akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan
saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana medium
pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:
1.
Gel elastis
Gel yang bersifat
elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk
awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
2.
Gel non-elastis
Gel yang bersifat tidak
elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh adalah gel silika.
|
|||||||||||||||||||||||||||
Buih merupakan koloid dimana
fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan medium
pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:
1.
Buih Cair (Buih)
Buih
cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi
zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan
buih diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke
daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh
kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan
kocokan putih telur.
Sifat-sifat
buih cair ialah:
Struktur
buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi)
akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua
gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.
Struktur buih cair dapat
berubah jika diberi gaya dari luar.
2.
Buih Padat
Buih padat adalah sistem
koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat padat.
Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih
padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll.
Sebagai
catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase
terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya
tergolong sebagai larutan.
|
Minggu, 01 April 2012
KOLOID
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan kelengkapan bukti-bukti obyektif bahwa persyaratan-persyaratan khusus u...
-
S iklus Krebs adalah proses utama kedua dalam reaksi pernafasan sel. Siklus Krebs ini ditemukan oleh Hans Krebs (1900-1981). Reaksi per...
-
Perkembangan teknologi instrumen menghasilkan alat yang merupakan gabungan dari dua sistem dan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain...
BOD (biological oxygen demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand ( COD) COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat org...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar