Cara Pengolahan Air Sumur Untuk Kebutuhan Air Minum |
Air merupakan kebutuhan
yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air
tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap
kerawanan kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya
untuk skala yang besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh
Perusahan Air Minum (PAM) kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional
jumlahnya masih belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni 16,08 %
(1995). Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM
umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber
(mata air) dan lainnya.
Dari data ststistik 1995,
prosentasi banyaknya rumah tangga dan sumber air minum yang digunakan di
berbagai daerah di Indonesia sangat bervariasi tergantung dari kondisi
geografisnya. Secara nasional yakni sebagai berikut : Yang menggunakan air
leding (PAM) 16,08 %, air tanah dengan memakai pompa 11,61 %, air sumur (perigi)
49,92 %, mata air (air sumber) 13,92 %, air sungai 4,91 %, air hujan 2,62 % dan
lainnya 0,80 %.
Permasalahan yang timbul
yakni sering dijumpai bahwa kulaitas air tanah maupun air sungai yang digunakan
masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat bahkan di
beberapa tempat bahkan tidak layak untuk diminum. Air yang layak diminum,
mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan
bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu
saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk
diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak
langsung dan secara perlahan.
Air tanah sering
mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn
dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah
beberapa saat kontak dengan udara. Disamping dapat mengganggu kesehatan juga
menimbulkan bau yang kurang enak serta menyebabkan warna kuning pada diding bak
serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Oleh karena itu menurut PP No.20 Tahun
1990 tersebut, kadar (Fe) dalam air minum maksimum yang dibolehkan adalah 0,3
mg/lt, dan kadar Mangan (Mn) dalam air minum yang dibolehkan adalah 0,1
mg/lt.
Untuk menanggulangi
masalah tersebut, salah satu alternatif yakni dengan cara mengolah air tanah
atau air sumur sehingga didapatkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat
kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, Kelompok Pengkajian
Sistem Pengelolaan Air, Kedeputian Bidang Analisis Sistem, BPP Teknologi, telah
mengembangkan teknologi untuk mengolah air sumur menjadi air yang dapat langsung
diminum tanpa dimasak terlebih dahulu. Unit alat tersebut terdiri dari antara
lain : pompa air baku, filter bertekanan, filter mangan zeolit, filter karbon
aktif, cartridge filter dan sterilisator ultra violet. Unit alat tersebut dapat
dirancang sesuai dengan kapasitas yang diinginkan.
Bahan atau media yang digunakan yakni :
Pasir silika, digunakan untuk media saringan atau filter pasir. | |
erikil, digunakan sebagai lapisan penahan pada filter pasir, filter mangan zeolit maupun filter karbon aktif. | |
Mangan zeolit, digunakan untuk media filter manggan zeolit yang berfungsi untuk menghilangkan zat besi atau zat mangan. | |
Karbon aktif butiran (granular), digunakan untuk media filter karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap polutan mikro yang ada di dalam air atau untuk menyerap zat warna dan bau. | |
Kaporit, digunakan untuk mengoksidasi zat besi atau zat mangan menjadi bentuk oksida yang tak larut dalam air, sehingga dapat dipisahkan dengan cara penyaringan |
IV. CARA PEMBUATAN
Secara umum kualitas air
sumur atau air tanah mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kualitas air permukaan/sungai. Air tanah pada umumnya jernih,namun sering
mengandung mineral-mineral atau garam-garam yang cukup tinggi, sebagai akibat
dari pengaruh batuan dibawah tanah yang dilalui oleh air tanah. Pada air tanah
dangkal, kualitas dan kuantitasnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
permukaanya, dalam hal kuantitas sangat dipengaruhi oleh curah hujan setempat,
sementara kualitasnya dipengaruhi oleh kondisi sanitasi disekitarnya.
Untuk mengolah air sumur
menjadi air yang siap minum, proses pengolahannya adalah seperti ditunjukkan
pada gambar 1. Air dari sumur dipompa dengan menggunakan pompa jet, sambil
diinjeksi dengan larutan klorine atau kaporit dialirkan ke tangki reaktor. Dari
tangki reaktor air dialirkan ke saringan pasir cepat untuk menyaring oksida besi
atau oksida mangan yang terbentuk di dalam tangki reaktor. Setelah disaring
dengan saringan pasir, air dialirkan ke filter mangan zeolit. Filter mangan
zeolit berfungsi untuk menghilangkan zat besi atau mangan yang belum sempat
teroksidasi oleh khlorine atau kaporit.
Dari filter mangan zeolit
air selanjutnya dialirkan ke filter karbon aktif untuk menghilangk polutan
mikro misalnya zat organik, deterjen, bau, senyawa phenol, logam berat dan
lain-lain. Setelah melalui filter karbon aktif air dialirkan ke filter cartrige
ukuran 0,5 mikron untuk menghilangkan sisa partikel padatan yang ada di dalam
air, sehingga air menjadi benar-benar jernih.
Selanjutnya air dialirkan
ke sterilisator ultra violet agar seluruh bakteri atau mikroorganisme yang ada
di dalam air dapat dibunuh secara sempurna. Air yang kelura dari sterilsator
ultra violet merupakan air hasil olahan yang dapat langsung diminum.
Fungsi pembubuhan kaporit
adalah untuk mengoksidasi zat besi atau mangan yang ada di dalam air, serta
untuk membunuh kuman atau bakteri coli. Reaksi oksidasi besi atau mangan oleh
khlorine atau kaporit adalah sebagai berikut :
Mn2+ + Cl2 + 2 H2O ==> MnO2 + 2 Cl- + 4 H+
Khlorine, Cl2
dan ion hipokhlorit, (OCl)- adalah merupakan bahan oksidator yang kuat sehingga
meskipun pada kondisi Ph rendah dan oksigen terlarut sedikit, dapat mengoksidasi
dengan cepat. Berdasarkan reaksi tersebut di atas, maka untuk mengoksidasi
setiap 1 mg/l zat besi dibutuhkan 0,64 mg/l khlorine dan setiap 1 mg/l mangan
dibutuhkan 1,29 mg/l khlorine. Tetapi pada prakteknya, pemakaian khlorine ini
lebih besar dari kebutuhan teoritis karena adanya reaksi-reaksi samping yang
mengikutinya.
Dari tangki reaktor air
dialirkan ke saringan pasir cepat untuk menyaring oksida besi atau oksida mangan
yang terbentuk di dalam tangki reaktor. Setelah disaring dengan saringan pasir,
air dialirkan ke filter mangan zeolit. Filter mangan zeolit berfungsi untuk
menghilangkan zat besi atau mangan yang belum sempat teroksidasi oleh khlorine
atau kaporit. Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang
bersamaan besi dan mangan yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk
ferri-oksida dan mangandioksida yang tak larut dalam air. Reaksinya adalah
sebagai berikut :
K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3)2 ==> K2Z + 5 MnO2 + 4 CO2 + 2 H2O
Reaksi penghilangan besi
dan mangan dengan mangan zeoite tidak sama dengan proses pertukaran ion, tetapi
merupakan reaksi dari Fe2+ dan Mn2+ dengan oksida mangan
tinggi (higher mangan oxide). Filtrat yang terjadi mengandung ferri-oksida dan
mangan-dioksida yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan
dan penyaringan. Selama proses berlangsung kemampunan reaksinya makin lama makin
berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk regenerasinya dapat dilakukan dengan
menambahkan larutan Kaliumpermanganat ke dalam mangan zeolite yang telah jenuh
tersebut sehingga akan terbentuk lagi mangan zeolite
(K2Z.MnO.Mn2O7).
Dari filter mangan zeolit
air selanjutnya dialirkan ke filter karbon aktif. Filter karbon aktif ini
berfungsi untuk menghilangkan polutan mikro misalnya zat organik, deterjen, bau,
senyawa phenol serta untuk menyerap logam berat dan lain-lain. Pada saringan
arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang
akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif. Apabila seluruh permukaan arang
aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan
akan berhenti, dan pada saat ini arang aktif harus diganti dengan arang aktif
yang baru.
4.4. Sterilisator Ultra
Violet
Selanjutnya air dialirkan
ke sterilisator ultra violet agar seluruh bakteri atau mikroorganisme yang ada
di dalam air dapat dibunuh secara sempurna. Air yang keluar dari sterilsator
ultra violet merupakan air hasil olahan yang dapat langsung
diminum.
sumber : bbpt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar