Kromatografi
adalah istilah umum untuk bermacam-macam teknik pemisahan (separasi) yang
berdasar pada partisi sampel diantara fase gerak, yang bisa merupakan gas atau
cair dan fase diam (Johnson dan Stevenson, 1978). Kromatografi bertujuan untuk
memisahkan senyawa yang akan dianalisis dari matriks sampelnya.
Kromatografi Cair
(Liquid Chromatography) adalah bagian
dari teknik pemisahan senyawa dengan menggunakan fase gerak cair. Salah satu
bentuk aplikasi dari kromatografi cair adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menurut polar atau tidak polarnya fasa diam
dibagi menjadi dua yaitu KCKT fase normal yaitu dengan menggunakan fase diam
polar dan fase gerak nonpolar dan KCKT fase terbalik yaitu dengan menggunakan
fase diam non polar dan fase gerak polar.
Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi sekarang banyak digunakan untuk menganalisis berbagai macam
senyawa. Menurut Johnson dan Stevenson,
(1978) KCKT memiliki keunggulan-keunggulan antara lain :
1.
cepat.
2.
sensitif.
3.
kolom dapat di pakai kembali (dapat diapakai dengan
jangka waktu lama).
4.
detektor tidak merusak sampel.
5.
daya pisahnya baik.
Instrumentasi KCKT
Pada dasarnya Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdiri
dari sistem pompa, injektor, kolom separasi, detektor, dan penampil data.
- Tempat Pelarut (fasa gerak)
Pelarut yang akan digunakan sebagai fase gerak diletakkan pada tandon. Pada
sebagian besar sistem pompa aliran tetap, tandon pelarut berada pada sisi pompa
bertekanan rendah sehingga pelarut disedot dari tandon dan didorong keluar
memasuki kolom. Selang/pipa menghubungkan pelarut dengan sistem pompa biasanya
diberi filter untuk menyaring kotoran agar tidak masuk ke dalam kolom dan
dilengkapi dengan pembuang gas (degasser).
Fase gerak dapat berupa air, pelarut organik, buffer atau campurannya dengan
perbandingan tertentu.
Pemilihan fase gerak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
efektifitas pemisahan. Fase gerak yang akan digunakan mempunyai syarat-syarat
antara lain (Johnson dan Stevenson, 1991) :
a.
murni, tanpa cemaran
b.
tidak bereaksi dengan cemaran
c.
sesuai dengan detektor
d.
dapat melarutkan cuplikan
e.
mempunyai viskositas rendah
f.
memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan
mudah, jika diperlukan.
- Sistem Pompa
Pada kromatografi kolom, digunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan fase
gerak. Namun pada KCKT untuk mengalirkan fase gerak digunakan pompa. Dengan
menggunakan alat ini, KCKT dapat bekerja lebih cepat dibandingkan dengan
kromatografi cair yang lain.
Sistem pompa dapat mengatur secara otomatis perbandingan pencampuran
pelarut sehingga dihasilkan pencampuran yang baik. Sistem pompa juga mampu
melakukan elusi isokratik dan elusi gradien. Elusi isoktatik adalah elusi yang
perbandingannya konstan selama pengukuran berlangsung sedangkan elusi gradien
adalah elusi yang komposisi fase geraknya berubah.
Pompa didalam sistem KCKT harus menghantarkan aliran pelarut yang tetap
dan terulangkan ke dalam kolom. Pompa harus tahan terhadap semua jenis pelarut.
Selain itu, pompa harus memiliki volum tertahan yang minimum sehingga
memungkinkan pergantian pelarut dengan cepat dan elusi landaian yang efisien
(Gritter, Bobbit dan Schwarting, 1991).
- Injektor
Injektor memiliki 6 terminal yang berfungsi sebagai saklar. Pada saat
posisi "LOAD" pompa langsung terhubung pada kolom separasi dan sampel
terisi kedalam stainless steel tube
(loop) , pada posisi
"INJECT" pompa terhubung langsung dengan stainless steel tube (loop) dan mengalir kedalam kolom
separasi. Sistem ini memungkinkan untuk
membuang sisa kelebihan sampel yang akan diinjeksikan sehingga diharapkan
volume sampel yang masuk kedalam kolom lebih teliti.
- Kolom Separasi
Kolom merupakan komponen yang vital pada analisis kromatografi.
Keberhasilan atau kegagalan bergantung pada pemilihan kolom dan kondisi kerja
yang tepat. Misalnya, oktadekil (C18) polimer paling baik untuk
senyawa nonpolar, seperti alkena dan senyawa aromatik berinti banyak dan
oktadekil (C18) monomer baik untuk kolom fase balik serbaguna
(Johnson dan Stevenson, 1991).
Pada umumnya KCKT menggunakan butir berpori dengan garis tengah 3 -10µm.
Bahan tersebut menghasilkan daya pisah terbaik serta kapasitas tertinggi,
tetapi mempunyai kekurangan yaitu memerlukan tekanan yang tinggi untuk
menjalankannya (Gritter, Bobbitt, dan Schwarting, 1991). kolom KCKT tidak
terlalu panjang seperti pada kolom Kromatografi Gas karena keefisienan yang
tinggi dan akan diperlukan tekanan lebih tinggi jika kolom terlalu panjang.
Kolom KCKT biasanya memiliki panjang 5-25 cm.
- Detektor
Sebagian besar detektor KCKT adalah spektrofotometer alir-lewat yang
merekam pada panjang gelombang tertentu. Pada gelombang itu pelarut sedikit
sekali atau sama sekali tidak menyerap sinar, sedangkan cuplikan menyerap
dengan kuat (Gritter, Bobbitt, dan Schwarting, 1991). Detektor yang dipakai
pada pengukuran menggunakan KCKT adalah detektor UV, fluorosensi, serapan
inframerah, indeks bias, ionisasi nyala dan elektrokimia. Namun, pada penetapan
Okratoksin A digunakan detektor fluorosensi.
Keuntungan utama detektor fluorosensi yaitu batas deteksi lebih baik
untuk banyak senyawa. Namun, tentu saja detektor ini hanya cocok untuk senyawa
yang bisa berfluorosensi. Pelarut yang cocok untuk detektor fluorosensi adalah
pelarut yang biasa dipakai untuk detektor UV namun tidak mengandung halogen.
Pelarut seperti CH2Cl2 dan CHCl3 cenderung
meredam atau mengurangi fluorosensi.
Cahaya dari lampu sumber melewati sistem optik untuk
memfokuskan berkas sinar dan memilih panjang gelombang untuk mengeksitasi
cuplikan. Berkas sinar difokuskan pada sel cuplikan kuarsa. Jika ada molekul
yang berfluorosensi, maka cahaya yang panjang gelombangnya berbeda dengan
panjang gelombang yang dipakai untuk mengeksitasi molekul dipancarkan ke segala
arah. Sistem optik emisi mengumpulkan dan menyaring cahaya itu, yang kemudian
difokuskan pada detektor (Johnson dan Stevenson, 1991).
6. Penampil Data
Sinyal yang dihasilkan dari detektor ditampilkan secara komputerisasi
melalui pik-pik. Sekarang penampil data juga telah dilengkapi dengan sistem
pembacaan luas area dan tinggi area dari pik yang dihasilkan sehingga
mempermudah analis dalam menetapkan suatu senyawa. Ada beberapa cara untuk
menghitung atau mengukur luas puncak, antara lain : metode planimetri,
triangulasi, gunting timbang, integrasi cakram, dan komputerisasi.
Jenis
|
Ketepatan
|
Planimetri
Triangulasi
Gunting Timbang
Integrasi Cakram
Komputer
|
4%
4%
2%
1%
0,5% dan lebih
baik
|
Sumber : Johnson dan Stevenson, 1991
Metode seperti planimetri dan gunting timbang sangat tergantung pada
ketrampilan operatornya. Bahkan untuk metode gunting timbang, keseragaman bobot
kertas gaftar juga menjadi syarat penting. Fdapat dikatakan pengukuran luas
area menggunakan komputer sangat membantu dalam meningkatkan kemudahan,
ketepatan dan ketelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar