Dalam
kehidupan kita selalu mengenyam suka duka, pahit manis, atau mungkin getirnya
hidup. Semua fenomena yang terjadi itu hanyalah bagian penggembira dari
rentetan episode hidup yang kita jalani. Kadang terasa hidup ini tak berguna
lagi untuk dilalui dan di kali lain sebuah harapan akan hidup, membumbung
tinggi meyakinkan kaki ini untuk terus melangkah menuju sebuah tujuan-tujuan
kita singgah di muka bumi ini.
Khalifah. Salah satu tugas yang di
bebankan oleh Allah yang gunung pun tak sanggup memikulnya, bumipun tak kuasa
mengangkatnya, dan makhluk lainpun tak berani menyatakan kesanggupannya. Hanya
manusia dengan segala kebodohannya menerima tanggung jawab ini. tanggungjawab
yang terasa mudah untuk dijalankan tetapi sebuah kesulitan besar untuk
menegakkan implementasinya.
Dialah yang maha adil. Semua dalam
pengaturan-Nya. Tak mungkin seseorang maju berperang tanpa menggunakan senjata.
Senjata yang digunakan juga harus sedemikian mutakhir sehingga dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan yang akan dihadapi nantinya.
Otak. Perangkat lunak yang paling
mutakhir dan akan terus menjadi peralatan paling mutakhir sepanjang zaman
dimana umat manusia masih mengisi dunia ini. ketika berbicara tentang otak,
maka sungguh luar biasa keadaannya.
Kita bandingkan otak manusia dengan
prosesor computer. Menurut prof. Samaun Samadikun, mikroprosesor memiliki lay
out dua dimensi sementara otak memiliki tiga dimensi. Dalam mikroprosesor
terdapat paling tidak lima
juta transistor namun pada otak manusia terdapat sepuluh milyar neuron. Atau
dua ribu kalinya! Neuron disini bertugas memindahkan sinyal ke syaraf pusat.
Satu sel otak berhubungan dengan dua puluh lima ribu sel otak lainnya. Yang lebih hebat
lagi, bahan penyusun dari otak menggunakan protein bukan bahan semikonduktor
seperti pada mikroprosesor.
Berbicara tentang otak, kita
mungkin bisa mengembangkan bahasan kita kepada akal. Akal diberikan oleh Tuhan
karena kita adalah manusia. Intinya, manusia harus berakal! Akal bukan hanya
daya pikir melainkan seluruh daya yang ada yang menyokong manusia untuk tidak
terjerumus dalam kesesatan dan selalu melangkah dalam koridor kebenaran.
Akal adalah sebagai penguat dalam
menjalankan kebenaran. Orang yang berakal tidak akan membiarkan dirinya begitu
saja terjerumus dalam lubang kealpaan. Akan ada
upaya sekuat tenaga bagi seorang
yang memiliki akal untuk senantiasa berusaha menghindari atau bangkit dari
keterpurukan baik dalam kedunawian terlebih ukhrawi. Tapi bukan berarti orang
yang sesekali terjerumus dalam kenistaan adalah orang yang tidak berakal dan
dikatakan bukan manusia yang utuh. Iman manusia biasa seperti kita bersifat
fluktuatif. Tapi itu bukan pula menjadi pijakan kita untuk senantiasa berbuat
salah kemudian bertobat dan kekhilafan terulang kembali.
Dalam berjuang kita, telah dibekali
otak yang kemudian dari situ kita dapat merasakan
sesuatu, memberi respon, dan yang paling utama adalah digunakan sebagai alat
untuk proses berpikir. Dengan berpikir maka kita akan mendapatkan cara mencapai
tujuan.
Sebuah keseimbangan kembali muncul.
Ketika Tuhan sekali lagi membekali diri kita dengan nafsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar