Hasil
pengukuran adalah nilai perkiraan atau estimasi dari kuantitas yang diukur.
Ketidakpastian dari pengukuran kuantitatif tidak dilaporkan sebagai nilai
tunggal tetapi dilaporkan dengan suatu rentang nilai yang diperkirakan nilai
benar berada didalam nilai tersebut. Hasil pengukuran yang bervariasi
mencerminkan penyimpangan yang disebabkan oleh faktor kinerja alat, metode
pengukuran, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Dalam
pengukuran kimia melalui banyak tahapan dan memakai beberapa alat sehingga
harus dihitung ketidakpastiannya.
Sumber Ketidakpastian
Setiap
faktor dalam tahap pengukuran mempunyai potensi timbulnya ketidakpastian.
Faktor tersebut antara lain :
1. Ketidaklengkapan
definisi atau spesifikasi dari kuantitas yang diukur.
2. Ketidaksempurnaan
penerapan metode atau prosedur pengukuran yang digunakan
di laboratorium.
3. Kondisi lingkungan pengukuran.
4.
Pengambilan contoh.
5. Efek peralatan
kerja.
6. Efek
personil.
7. Efek lain dalam pengujian kimia seperti :
persiapan contoh, efek kontaminasi, kemurnian reagent, dan lain sebagainya.
Sumber Informasi Untuk Pengukuran Ketidakpastian
Sumber data dan informasi yang digunakan untuk evaluasi
ketidakpastian pengukuran. Ada 3 sumber data dan informasi yang umum digunakan
:
1. Spesifikasi Pabrik
Pabrik
memberikan informasi terkait spesifikasi dari alat ukur yang kita beli. Sebagai contoh, Spesifikasi
pabrik untuk pipet volumetrik 100 mL kelas A adalah 100 ± 0.08 mL. Dari informasi
tersebut, kita mendapatkan keterangan bahwa ketidakpastian dari pipet
volumetrik 100 mL tersebut adalah ± 0.08 mL.
2. Data Pustaka
Selain dari data spesifikasi pabrik, ada sumber ketidakpastian yang datanya diperoleh dari literatur. Contoh, pada literatur (IUPAC) ketidakpastian berat atom H adalah ± 0.00007
3. Data Validasi Metode atau data dari Log Book
Sumber ketidakpastian ada yang menggunakan
data dari data validasi metode. Contohnya, ketidakpastian asal akurasi dan
ketidakpastian asal presisi.
Tahapan Estimasi Ketidakpastian
Tahap I : Menentukan
spesifikasi kuantitas yang diukur dengan formula atau persamaan.
Pernyataan
ditulis secara jelas tentang apa yang akan diukur termasuk hubungan antara
besaran ukur dan input besaran (seperti besaran yang diukur, konstanta, nilai
standar kalibrasi, dan sebagainya).
Tahap II : Identifikasi sumber ketidakpastian.
1. Membuat daftar dari semua ketidakpastian .
2. Membuat diagram fishbone.
Parameter yang
termasuk sumber ketidakpastian tersebut digunakan untuk membentuk cabang utama
dari diagram. Penambahan faktor lain yang mempengaruhi pengukuran ditulis sebagai
cabang dari cabang utama diagram.
Tahap III : Kuantifisasi komponen ketidakpastian.
Semua komponen ketidakpastian
dikuantifikasi. Yaitu nilai yang dikontribusikan oleh masing-masing sumber
ketidakpastian tersebut.
Tahap IV : Perhitungan ketidakpastian gabungan.
1. Aturan ketidakpastian gabungan.
Penggabungan ketidakapstian
baku ada tiga aturan, yaitu :
a. Aturan penjumlahan atau pengurangan.
Model : Y =
a + b + c
Ketidakpastian
gabungan :
b. Aturan perkalian atau pembagian.
Model Y = a. b. c atau a. b/c
Ketidakpastian gabungan
Model : Y = an
Ketidakpastian gabungan
2. Aturan ketidakpastian diperluas.
Ketidakpastian
baku gabungan yang diperoleh dikalikan dengan faktor cakupan yang dipilih untuk
memperoleh ketidakpastian diperluas. Ketidakpastian yang diperluas dihitung
sebagai berikut :
U = k x µc (Y)
Untuk
ketidakpastian diperluas pada tingkat kepercayaan 95% digunakan faktor cakupan
(k) = 1,96 atau 2, sedangkan tingkat kepercayaan 99% menggunakan faktor cakupan (k) = 3
3. Pelaporan hasil pengujian.
Pembuatan laporan hasil uji
dan ketidakpastian menggunakan formula = ( Y ± U ) (satuan), dengan menambahkan
pernyataan tingkat kepercayaan dan faktor cakupan.
sebagai contoh, jika penetapan logam menghasilkan nilai 3.12 ppm dengan ketidakpastian 0.98 ppm, maka dituliskan nilainya 3.12±0.98 ppm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar